Rabu, 09 September 2009














Penyebab terjadinya Mimpi


Berlawanan dengan apa yang diyakini kebanyakan orang, mimpi TIDAK disebabkan karena memakan makanan tertentu sebelum tidur, atau stimulus (rangsangan) tertentu dari lingkungan sekitarnya selama tidur. Mimpi disebabkan oleh proses biologis internal dalam tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sel otak besar pada bagian belakang otak secara periodik pecah dalam selang waktu sekitar 90 menit, dan mengirimkan rangsangan (stimuli) yang bersifat acak (random) ke bagian korteks (cortex) pada otak. Sebagai akibatnya, bagian memori, sensorik, kontrol saraf, dan kesadaran pada otak ter-stimulasi secara acak yang berdampak adanya rangsangan pada puncak bagian korteks pada otak. Menurut penelitian ini, proses diatas mengakibatkan kita mengalami apa yang kita sebut sebagai mimpi.

Pada akhir-akhir ini, kontroveresi yang paling signifikan mengenai mimpi berkisar pada pertanyaan apakah mimpi memiliki kaitan langsung dengan pribadi seseorang ataukah tidak. Sebagian psikoterapis berpendapat bahwa saat rangsangan neurologis dari otak memicu proses terjadinya mimpi, isi atau representasi dalam mimpi dapat berasal dari kebutuhan, keinginan, atau harapan dari alam bawah sadar dan kehidupan sehari-hari pada orang yang mengalami mimpi tersebut. Karena itu sebagian psikoterapis beranggapan bahwa mimpi merupakan cetusan dari alam bawah sadar seseorang. Penjelasan ini dikenal sebagai penjelasan "phenomenological-clinical", atau "top-down". Dilain pihak, penjelasan neourologis, atau "bottom-up", menyatakan bahwa mimpi sama sekali tidak memiliki arti khusus. Diantara keduanya terdapat pendekatan yang disebut "context analysis", yang menjelaskan dan mengklasifikasikan representasi yang ditemukan seseorang dalam mimpinya, seperti manusia, rumah, kendaraan, pohon, kendaraan, tanpa interpretasi yang mendalam mengenai detil objek tersebut. Perbedaan antara representasi telah ditemukan antara mimpi yang dialami pria dan wanita, serta mimpi yang dialami manusia dalam berbagai tingkatan pertumbuhan. Mengenai arti perbedaan tersebut saat ini masih dalam penelitian

Secara umum, mimpi biasanya didefinisikan sebagai proses dari bayangan, perasaan, pergerakan dan pikiran yang kita alami saat tertidur. Mimpi dapat dialami pada setiap fase dalam tidur kita, dan tidak harus selalu melibatkan rangsang tertentu (misalnya rangsang visual). Orang buta, misalnya, mengalami mimpi melalui rangsangan pendengaran maupun perasaan dan gerakan (sensorik-motorik). Mimpi juga bukan merupakan keistimewaan yang hanya dialami manusia. Penelitian menunjukkan bahwa mimpi juga dialami oleh hewan.

Fase REM dalam tidur

Sekitar tahun 1953, peneliti Nathaniel Kleitman membuat suatu penemuan penting mengenai fase REM (Rapid Eye Movement) dalam tidur. Fase ini ditandai dengan pergerakan bola mata yang cepat secara periodik yang terjadi baik pada manusia maupun hewan saat tertidur. Dalam sebuah penelitian yang melibatkan sukarelawan sebagai subjek penelitian, saat tidur subjek penelitian dihubungkan dengan peralatan-peralatan EEG (electroencephalogram, pengukur gelombang otak), EMG (electromyogram, pengukur pergerakan otot), dan EOG (electroculogram, pengukur gerakan bola mata). Sekitar 90% subjek yang dibangunkan dari tidur saat mengalami fase REM melaporkan bahwa mereka mengalami mimpi (sekitar 60% subjek yang dibangunkan sebelum mengalami fase REM juga melaporkan mengalami aktifitas mirip mimpi dalam tidurnya).

Sebelum adanya penelitian mengenai REM, masih belum diketahui persis seberapa sering manusia bermimpi. Beberapa teori bahkan menyebutkan bahwa impian merupakan tanda-tanda gangguan mental bagi mereka yang mengalaminya. Melalui riset laboratorium mengenai mimpi, subjek dibangunkan dari tidurnya setelah mengalami fase REM untuk diteliti aktifitas mentalnya selama tidur secara seksama. Manusia diketahui mengalami mimpi pada setiap malam. Pada manusia dewasa, mimpi biasanya berlangsung pada sekitar 90 menit setelah mulai tertidur dan terjadi lagi setiap 90 menit dengan durasi yang lebih lama, selama total 2 jam fase REM dalam tidur malam. Dengan rata-rata 5 mimpi tiap malam, manusia rata2 mengalami 136.000 impian sepanjang hidupnya dengan waktu yang setara dengan 6 tahun fase REM dalam tidur!

Saat mengalami mimpi dalam fase REM, manusia mengalami peningkatan pada detak jantung, pernafasan, tekanan darah, konsumsi oksigen, dan pengeluaran getah lambung. Tidur fase REM biasanya disebut sebagai tidur paradox karena memiliki karakteristik seperti tidur fase awal (light sleep) dan tidur fase lanjut (deep sleep) sekaligus: Berdasarkan pengukuran pada EEG, fase REM adalah tidur fase awal (tingkat I), sedangkan berdasarkan pengukuran EMG merupakan tidur fase lanjut (tingkat IV), karena sebagian besar otot seolah-olah "dilumpuhkan" secara bersamaan untuk mencegah si pemimpi secara fisik melakukan apa yang diimpikannya (misalnya berjalan sambil tidur).

Beberapa teori mencoba menjelaskan mengenai manfaat fase REM dalam tidur diantaranya:
Tidur fase REM memungkinkan stimulasi bagi perkembangan otak
Sebagai bagian dari fungsi perbaikan secara kimia terhadap bagian otak yang mengalami kerusakan
Memungkinkan terjadinya koordinasi terhadap gerak mata, berdasarkan fakta bahwa pada fase tidur non REM, kedua bola mata bergerak secara sendiri-sendiri
Sebagai fungsi penjagaan, berhubung pada tidur fase REM (tingkat I) dikenali sebagai fase setengah sadar sebelum betul-betul terbangun dari tidur
Teori paling akhir yang juga kontroversial menyebutkan bahwa dalam tidur fase REM terjadi penghapusan fungsi neurologis pada otak
Dalam pengertian psikologis, mimpi pada fase REM diduga dapat meningkatkan dan meng-organisasi memori (ingatan) di otak.

20 s/d 25% waktu tidur kita digunakan untuk mimpi. Kita mimpi berkali-kali
dalam semalam dan setiap mimpi itu waktunya antara 5 s/d 40 menit. Walaupun
demikian bayi bisa mimpi sampai delapan jam, maklum bayi tidurnya kuga jauh
lebih lama. Kita jarang bisa mengingat mimpi, sebab pengalaman mimpi kita
pada umumnya di simpan dalam otak sementara yang hanya bisa di ingat antara
5 s/d 10 menit saja.

Pada saat kita mimpi otak tempat dimana biasanya kita berpikiri (prefrontal
cortex) itu tidak aktif sama seperti lumpuh, sebab mimpi terjadinya hanya
dibagian depan otak kita (forebrain) oleh sebab itulah kita tidak bisa
mengendalikan jalan arusnya mimpi kita.

Pada umumnya jarang kita bisa mimpi mengenai kematian diri kita sendiri.
Begitu juga kita tidak akan pernah bisa mengatur malam ini ingin mimpi apa
atau mau ketemu dengan siapa dalam mimpinya ?

Pada saat kita mimpi kita terbebas dari ikatan waktu maupun ruangan, jadi
bisa saja kita mimpi berada di tempat yang jauh atau dimasa lampau maupun
yang akan datang, walaupun demikian perlu diketahui; lima menit waktu di
dalam mimpi itu sama seperti juga lima menit waktu dalam keadaan real jadi
tidak ada bedanya.

Banyak orang yang walaupun sudah bertahun-tahun bermukim diluar negeri,
tetapi lokasi tempat mimpinya tetap saja di Indonesia, sebab dialam bawah
sadar mereka, sebenarnya mereka merasa kehilangan dan rindu terhadap kampung
halamannya.

Pria dan wanita mimpinya beda, banyak perempuan menduga bahwa kalau pria
mimpi kebanyakan pasti ketemu dengan lawan jenisnya, ini tidak benar. Pria
mimpi dua kali lipat lebih banyak mengenai pria lainnya, jadi bukannya
bertemu dengan perempuan, sedangkan perempuan fifty-fifty. Sepertiga dari
perempuan mimpi mengenai pekerjaannya, tetapi perempuan diatas 45 tahun
lebih sering mimpi bertemu dengan orang yang telah meninggal. Dan kalau
perempuan mimpi mengenai sex, 77% mimpi dengan pria yang mereka kenal,
sedangkan pria 55% dengan perempuan yang tidak mereka kenal. Perempuan lebih
mudah bisa mengingat mimpinya daripada pria. (Psychologie Magazine edisi
3/05)

Banyak orang merasa bahwa mereka sering mimpi basah atau mimpi mengenai sex,
ini disebabkan kita akan mimpi lebih lama dan lebih panjang menjelang pagi
hari. Dan diwaktu pagi tingkat hormon sex nya kebanyakan orang meningkat hal
inilah yang membuat mereka jadi sering mimpi basah. Walapun demikian orang
yang sering mimpi basah, bukannya berarti ia memiliki gairah sex yang
berlebihan. Mimpi basah akan mengalami penurunan frekuensi sejalan dengan
bertambahnya usia seseorang.

Salah satu penyebab utama kenapa pria lebih sering mengalami mimpi basah,
karena perbedaan anatomis, letak penis pria berada di luar tubuh, kadangkala
bisa mendapat rangsangan akibat gerakan atau gesekan selagi tidur, dengan
bantal atau kasur misalnya. Sementara bagi wanita, klitoris yang letaknya
lebih ke dalam bagian tubuh, sedikit kemungkinan untuk bisa mendapat
rangsangan dari luar.

Kebanyakan anak-anak mimpi mengenai binatang. Anak kecil juga bisa mengalami
mimpi buruk seperti halnya orang dewasa, oleh sebab itu terkadang mereka
suka berteriak ataupun menangis ketika sedang tidur, dalam hal ini mereka
tidak perlu dibangunkan.

Selama ini somnabulisme atau tindakan yang dilakukan orang saat tidur, diketahui hanya terbatas pada mengoceh (mengingau), berjalan, atau paling-paling makan sambil tidur (Intisari November 1982 dan April 1993). Banyak peneliti berpendapat serupa, somnambulisme terjadi pada fase tidak bermimpi, atau disebut tahap REM (rapid eye movement) di mana fungsi otot biasanya "lumpuh".

1 komentar:

Subhan mengatakan...

thakns infonya...yes aku jadi yang pertama okut follow

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails